Teman Blog Tintahatiku

28 November 2010

syair Sunur

(51) Inilah nazam dagang yang syukur / kepada tolan di kampung Sunur / bidal sekapur sirih yang layur / pembuka kabar permulaan tutur (1)

(52) Lamalah tuan dagang tinggalkan / habislah tahun baganti zaman / satupun tidak dagang kirimkan / dikarang surat kaganti  badan (2).

Jikalau adat orang yang lain / ada kiriman baju dan kain / akan sahabat lawan bermain / supaya terbuka hati yang  rahim (3).

Di dagang tidak katando hayat / hanyalah kertas berisi dawat° / dalamnya sembah fadhilal hajat  / serta salam doa selamat (4).

Pikirlah dagang suatu malam / diambil kertas, dawat°, dan kalam / disuratkan sembah serta salam / memohonkan ampun ke  bawah Kidam (5).

Sungguhpun surat dagang kirimkan / umpama° ganti nyawa dan badan / dagang bercinta surat sampaikan / sepanjang tahun segenap bulan (6).

Wahai sahabat dengarkan kata / kaum kerabat semuanya° rata / sungguhpun jauh tuan di mata / di dalam mimpi kupandang nyata (7).

Baru tapajam mataku tidur / rasa di dalam negeri Sunur / tolan yang ada lawan bertutur /  sukalah hati menerima syukur (8).

Sudah terjaga mata memandang / kiranya badan terbaring sorang / bukan di Sunur hanya berdagang / tolan yang tadi dipandang hilang (9).

Siapa tuan yang kasih sayang / mau menanya dagang terbuang/

(53) sambutlah surat sudah terlayang / lihat kabarnya disana terang (10).

Di dalam surat ada alamat / mengatakan dagang lagi ada hayat / serta sehat dalam selamat / di negeri Tarumun namanya tempat (11).

Siapa tuan menaruh iba°  / mau melihat dagang yang papa / tuan disini dagang disana / di dalam surat bertemu mata (12).

Aku suratkan dengan ujung°  kalam / atasnya kertas dawat yang hitam / siapa tuan yang  rindu dendam / tempat teringat  siang  dan malam (13).

Dengan ujung°  kalam aku menyurat / boleh katanda masa teringat / siapa yang rindu tolan sahabat / lihatlah bekasnya dagang yang larat (14).

Wahai tuan yang kasih sayang / apalah nasib dagang seorang / untung nan tidak bagai di orang / dari mula awal sampai sekarang (15)

Di orang untung umpama°  nuri / rupa pun baik dengan biapari / dalam tahta sepanjang  hari / apa yang hajat datang sendiri (16).

Di dagang untung bagai sisagan / di dalam sarab sepanjang hutan / kurang mencari kuranglah makan / sepanjang tahun segenap bulan (17).

Di orang untung umpama° tiung / dalam haribaan bunda mengandung / jikalau sakit bunda mendukung / pada masa panas dikembang payung (18).

(54) Di dagang untung bagai barabah / dalam ilalang° tuhur dan basah / sakit dan senang itulah rumah / begitu nasib takdir Allah (19).

Di orang untung umpama° balam / di dalam sangkar° podi manikam / di dagang untung bagai anak ayam° / dalam pelimbahan siang dan malam (20).

Di orang untung umpama° elang° / menjadi raja di awang-awang / di dagang untung si pipit pinang / dua sejoli kemana terbang (21).

Di orang untung umpama° bayan / dalam sangkar° keramat intan / di dagang untung si pungguk rawan / mabuk bercinta rindukan bulan (22).

Di orang nasib umpama°  merak / rupanya baik akal pun bijak / di dagang nasib upama cecak / kebencian orang guna pun tidak (23).

Di orang ada ibu dan bapa / akan pembujuk° hati yang duka / di dagang yatim, miskin, dan papa / segenap negeri benci belaka (24).

Jikalau ada ayah dan bunda / sukalah dagang jadi garuda / terbang membubung  atas udara / ke negeri Sunur menjelang ayahanda (25)

Di orang untung Bunga Cempaga / rupanya baik putra dewangga/ siang dan malam atas kepala / dalam junjungan ayah dan bunda (26).

Di dagang untung bunga durian / jatuh ke bumi masa penghujan° / (55) menjadi luluk sepanjang jalan / siang dan malam jadi jejakan (27).

Sanak saudara ada di orang / boleh menolong pagi dan petang / dagang nan bagai pinang sebatang / kiri dan kanan tidak bercabang (28).

Di orang ada dalam kaum / umpama°  betung rampak serumpun / kiri dan kanan banyak berhimpun / segenap bulan sepanjang tahun (29).

Di dagang tidak ada kerabat / akan menjadi lawan sahabat / umpama° nyiur° sebatang bulat / pikir di hati menjadi larat (30).

Di orang nasib bagai durian / batangnya rampak, daun, dan dahan / di dagang nasib sebatang bamban / masa terbuang di dalam hutan (31).

Di orang ada rumah dan tangga / tempat bermain bersuka2 / di dagang yatim, hina, dan papa / segenap rumah tempat suaka (32).

Sudah begitu takdir Allah / mula sejengkal tinggi di tanah / kami bertiga suatu ayah / turun serumah naik serumah (33).

Untung di Allah sudah begitu / atas kepala dagang piatu / kami bertiga ibu pun satu / ketiganya hanyut ke Bandar Satu (34).

Di orang nasib bagai kepundung / buahnya manis makanan burung / di dagang nasib buah galapung / hanyut di sungai terapung2 (35).

(56) Di orang untung umpama°  duku / manisnya sampai ke ujung° kuku / di dagang pahit bagai mengkudu/ biarlah hilang jangan meragu (36).

Wahai tuan yang biaperi / dagang katakan nasib sendiri / anak ayam° hilang  ada bacari / dagang terbuang tiap negeri (37).

Wahai tuan yang kasih sayang / dengarkan kabar dagang terbuang / jauh di mata di hati hilang / baiklah mati sebelum gadang (38).

Tidak kerabat banyak di orang / tetapi ada emas di pinggang / barang kemana pergi berdagang / adalah orang menaruh sayang (39).

Dagangku ini tidak seperti / dari mula kecil bunda ‘lah mati / emas pun tidak di dalam peti / semuanya orang menaruh benci (40).

Wahai sahabat handai dan tolan / dagang yang yatim tuan sadarkan / tidaklah jadi tuan harapkan° / sudah terbuang dalam lautan (41).

Tuan dengarkan kabar yang elok / dagang diambil kabuah ratap° / tidaklah boleh dagang diharap° / umpama°  kambing lepas ke sesap° (42)

Siapa tuan yang kasih sayang / memberi nasi dagang terbuang / sesuap pagi sesuap petang / minta° ridakan sampai sekarang (43).

Sudahlah kabar kepada tolan / sembah dan salam habis disinan /

(57) kepada yang  tua° sembah haluan / yang muda salam dagang kirimkan (44).

Suatu lagi nazam ditambah / kepada ananda° Umi Salamah / belahan nyawa buah hati ayah / di negeri Sunur darah tertumpah (45).

Wahai ananda° Umi Salamah / dengarkan, Sayang, pitaruh ayah / taat ibadat kepada Allah / iman di dada jangan berubah (46).

Sembahyang, Sayang, jangan berhenti / dari mula hidup sampai kan mati / di akhirat, Sayang, ayahanda menanti / di Padang Mahsyar di pangkal Titi (47).

Jikalau ada umurku panjang / niatku bulat tidak bercabang / hendak segera kembali pulang / melihat anak sibiran tulang (48).

Jikalau sampai bilang umurku / habislah daya dengan upayaku / di akhirat, Anak, kita bertemu / di dalam Jannah sorga Tuhanku (49).

Wahai Anak hendaklah syukur / masuk termimpi masaku tidur / siang di Tarumun malam di Sunur / rangkai hatiku rasakan hancur (50).

Tersentaklah ayah pada tengah malam / bulan pun terang cuaca alam / tampaklah gunung jeram-menjeram / hati yang rindu remuk di dalam (51).

Bangunlah ayah daripada tidur / bangkit sekali duduk terpekur / terdengar ombak berdebur2 / tidaklah obah rasa di Sunur (52).

(58) Ayam° berkokok hampirlah siang / orang pun sunyi° angin pun tenang / berdesir ombak di atas karang / bunyi° menyeru mahimbau pulang (53).

Jikalau ayahanda menjadi burung / sekarang itu terbang membubung / laut baharullah ayahanda arung°  / biarlah hanyut menjadi apung (54)

Jikalau ayahanda menjadi bayan / lengkap jo sayap kedua tangan / ayahanda terbang menyisi awan / menjelang Sunur kampung halaman (55).

Jikalau ayahanda menjadi elang° / sekarang itu jua terbang / malam pun tidak dinanti siang / minta° sampaikan masa sekarang (56).

Begitu rasanya di hati ayah / siang dan malam tidak berubah / tetapi belum takdir Allah / habislah daya upaya sudah (57).

Inilah surat dagang yang sangsai / sambutlah, tuan, manakala sampai / suruh bacakan barang yang pandai / ganti bertutur berandai2° (58).

Siapa tuan menaruh santun / sambutlah surat dari Tarumun / kaganti senda umpama° pantun / jikalau salah beribu ampun (59).

Wahai sahabat kecil dan besar° / Suratku ini minta° didengar / air mata tuan kalau keluar / ganti meratap° mayat terhantar (60).

Siapa tuan yang kasih sayang / mendengar kabar berita dagang /

(59) air mata tuan kalau terbuang / misalkan mayat turun di jenjang° (61).

Wahai ananda° Umi Salamah / hendak dengarkan surat bermadah / air mata anak jatuh ke tanah / niatkan, Sayang, meratapi ayah (62).




p/s: petikan ini daripada translisasi Syair Sunur yang didapati daripada sebuah blog. sangat indah untuk dihayati.

2 comments:

Anonymous said...

hai awak....
saya student UiTM Malaysia
sedang mencari syair berdagang dan hikayat bispu raja/hikayat puspa wiraja.
jadi... saya perlukan bantuan daripada awak untuk mendapatkan
bahan bagi tajuk syair dan hikayat tersebut.

p/s: blog awak best, terima kasih. sekiranya awak ada apa-apa maklumat boleh terus hantarkan ke e-mail saya.

e-mail saya: suriayani_rosli@yahoo.com

tintahatiku said...

hai...
terima kasih atas kunjungan dan pujian....
maaf ye, sy tidak mendalami bidang kesusasteraan.. jd sy tidak mempunyai maklumat tentang syair dan hikayat yg awk sebutkan tu....

tp kalau sy ada terjumpa, insyaAllah, sy akn bg...cuma tak janji.. ye..
terima kasih :-)

Search This Blog